Mahanani Book and Art Festival, Menyulut Api Literasi di Tengah Gelombang Digitalisasi

Oleh: AJI Kediri

KEDIRI– Bertepatan dengan Hari Buku Nasional 2024, Taman Baca Mahanani yang didukung oleh sejumlah komunitas menyelenggarakan ‘Mahanani Book and Art Festival’. Perhelatan ini digelar pada Jumat (17/5) dan Sabtu (18/5) di Kompleks Taman Baca Mahanani, Jalan Supiturang Utara, Mojoroto, Kota Kediri.

Ketua panitia Mahanani Book and Art Festival, Alvin Nur menjelaskan bahwa ‘Mahanani Book and Art Festival’ merupakan bentuk kepedulian terhadap masa depan buku di tengah era digitalisasi. Dia membeberkan data tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia yang hanya 0,001%, artinya ada 1 orang yang rajin membaca dari 1000 orang. Hal ini menguatkan fakta bahwa buku semakin ditinggalkan, anak-anak, remaja, dan usia dewasa lebih memilih gadget daripada buku.

“Kondisi literasi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Minat baca masyarakat rendah, dan buku semakin ditinggalkan. Indeks literasi digital masih terendah di ASEAN. Festival ini diharapkan membangkitkan kembali semangat literasi di masyarakat,” jelas Alvin, Sabtu (18/5/2024).

Alvin menyebutkan, Mahanani Book and Art Festival bukan hanya tentang buku, tetapi juga tentang seni dan budaya. “Kami ingin menunjukkan bahwa literasi dapat dinikmati dengan berbagai cara, tidak hanya melalui membaca. Kami berharap festival ini dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, berdiskusi, dan merayakan kecintaan mereka terhadap buku dan seni,” bebernya.

Ragam kegiatan diskusi literasi, seni dan budaya dalam Mahanani Book and Art Festival antara lain; “Sambang Kandang Kewan dan Anak-anak Ramadhani Berbagai Isi Buku”, diskusi publik “Perempuan, Buku, dan Warisan Generasi” dan “Derita Pencinta Buku di Kediri” sebagai ruang bertemu para aktivis, penulis buku, pegiat literasi, pengamat kondisi literasi dan buku di Kediri.

Acara lainnya adalah berbagi isi buku melalui tajuk “Remaja Gila Baca” sebagai bentuk apresiasi kepada remaja usia SMA yang masih memberikan waktu untuk membaca buku. Lalu, MahananiArt Performance dengan topik “Iqra’ Bismirobbika-l-ladzi Kholaq.

“Tentu, festival buku dan seni yang diselenggarakan oleh Taman Baca Mahanani bukanlah sulapan solusi. Tetapi, festival ini sebagai ‘sulutan api’ kepada masyarakat luas agar kembali jeda sejenak menyelami dan merefleksi kondisi literasi dan buku yang berada di persimpangan jalan,” tandas Alvin.

Mahanani Book and Art Festival merupakan kolaborasi antara Taman Baca Mahanani dengan berbagai komunitas dan lembaga di Kediri dan sekitarnya, antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, Metafor.ID, UKM Teater Kanda IAIN Kediri, UKM Pers Dedikasi IAIN Kediri, Sanggar Tari Dworowati, Teater Adab, Sanggar Wasesa, Kampung Dongeng Ramadhani-Kediri, Warkop Maspu, TualangBuku, Sokola Pelangi, Forum Taman Baca Masyarakat Kota Kediri, Gubuk Baca Malang, Penerbit Buku Bening-Rua Aksara, Langgar.co, dan Insist Press Yogyakarta. (*)