Kediri (beritajatim.com) – Puncak perayaan hari kebebasan pers sedunia atau World Press Freedom Day (WPFD) 2021 di Kota Kediri digelar dengan tidak biasa. Bukan lagi turun ke jalan, kali ini, orasi disampaikan lewat puisi lalu dibacakan di warung panggung terbuka Budoyo Jawi, Kelurahan Banaran, Kota Kediri pada Minggu (2/5/2021) pukul 20.00.
Uniknya, hari kebebasan pers sedunia ini yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri ini tak hanya melibatkan jurnalis. Berbagai perwakilan komunitas, teater, lembaga pers kampus, aktivis pro demokrasi dan aktivis literasi ikut memarakkan rangkaian acara yang puncaknya ‘Malam 1000 Puisi untuk Nurhadi’ ini.
Sekretaris AJI Kediri Rekian mengatakan, semua elemen yang punya kesamaan visi memperjuangkan nilai-nilai demokrasi boleh berpartisipasi. “Kegiatan ini sebagai sikap bersama, menolak tindakan represif terhadap jurnalis yang sedang menjalankan tugas. Termasuk pembungkaman terhadap aktivis demokrasi,” katanya.
Kebebasan pers ini sejalan dengan kemerdekaan berpendapat yang dilindungi Undang Undang. Karena itu, kasus kekerasan yang menimpa Nurhadi, Jurnalis Tempo di Surabaya dianggap sebagai ancaman serius tindakan brutal dengan tujuan membungkam hak publik mendapat informasi.
Apalagi Nurhadi dikeroyok saat meliput kasus korupsi. Berita yang ingin disajikan menyangkut uang rakyat. “Kesadaran bersama ini kamu wujudkan dalam bentuk pembacaan puisi sebagai dukungan terhadap Nurhadi. Dan mendorong penuntasan kasusnya,” ujar Rekian.
Bukan saja puisi, seniman dan pegiat literasi yang ikut bersolidaritas tampil lewat pameran topeng, musik tradisional, akustik dan lapak buku. Pameran topeng karakter dipajang di halaman warung Budoyo Jawi. Hasil karya seniman asli Kediri ini menarik perhatian pengunjung karena bentuknya yang khas dan serem. Jumlah topeng ada 26.
“Pameran Topeng Karakter sebagai simbol saja. Ya, WPFD kali ini jadi momentum memerangi angkara murka yang berusaha memberangus kemerdekaan pers,” terang Reki.
Adapun lapak buku, dibeber di teras warung. Buku-buku itu untuk meningkatkan gairah baca masyarakat di Kota Kediri. Sedangkan musik tradisional yang dinyanyikan jelang kegiatan menjadi hiburan bagi orang-orang hadir di kegiatan seribu puisi untuk Nurhadi.
Momentum WPFD ini diharapkan bisa menjadi pijakan bersama. Bahwa kebebasan pers bukan sekadar untuk kepentingan pers, tetapi sudah menjadi urusan publik. Dengan kata lain, masyarakat berhak mendapatkan informasi. “Karena itu, kalau kebebasan pers terancam maka publik juga akan kehilangan haknya,” tutupnya. [nm/but]
Sumber : beritajatim.com